CONTOH-CONTOH WHITE SPACE DALAM IKLAN CETAK

Posted by Inayah ADV

Contoh Iklan kolom pada surat kabar

contoh iklan kolom pada surat kabar

Posted by Inayah ADV

POST-SUMMARY-HERE

Diposting oleh Inayah Adv On 00.40
CONTOH-CONTOH WHITE SPACE DALAM IKLAN CETAK







WHITE SPACE DALAM IKLAN DI MEDIA CETAK



ABSTRAK
Iklan pada media cetak terkadang dilewati begitu saja oleh pembaca, sehingga proses
promosi yang dikemas dengan elemen desain komunikasi visual itu gagal mencapai
tujuannya. Salah satu cara untuk menarik perhatian pembaca agar menghentikan sejenak
kedua matanya dan mengamati iklan adalah dengan menciptakan layout iklan lewat peranan
white space.
Tulisan ini akan membahas mengenai white space di dalam iklan media cetak,
khususnya koran dan majalah.

Sebagai bagian dari promosi yang merupakan bauran juga dari pemasaran (marketing
mix), maka sebuah iklan adalah juga pesan yang mampu menjual.

Definisi iklan dalam
kaitannya sebagai pesan yang menjual adalah, iklan merupakan sebuah bentuk promosi yang
bersifat impersonal dan ia meliputi aktivitas mentransmisi pesan-pesan standar kepada
sejumlah besar penerima pesan yang dijadikan sasaran.1
Di dalam pesannya itu, iklan diarahkan untuk membujuk orang supaya tertarik,
kemudian melakukan tindakan membeli. Bedanya dengan pengumuman adalah dalam hal
ketertarikannya untuk membeli karena pesan-pesan iklan telah dikemas dengan cara
saksama.
Proses sebuah iklan diarahkan untuk menuntun khalayak kearah jenjang informasi
yang mencipta sebuah situasi dari ‘un ware’ ke jenjang ‘loyalty’ (lihat Ogilvy On Advertising
By David Ogilvy).
Maka sebuah iklan pasti membutuhkan media sebagai perantaranya. Media ini
berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan iklan agar khalayak dapat mengetahui. Media massa yang lazim digunakan untuk beriklan adalah : televisi, radio, majalah, koran,tabloid, spanduk, poster, dan lain-lain.
Karena adanya komunikasi antara produsen dan konsumen secara persuasif yang
berisi promosi tentang barang dan jasa, gagasan serta cita-cita dalam bentuk komunikasi visual yang dapat dimengerti kedua belah pihak, dan bentuknya yang impersonal, atau meliputi banyak orang, maka suatu pesan promosi/iklan dapat pula disampaikan kepada prospek-prospek yang sengaja dipilih melalui media yang tepat, dengan cara yang berbeda antara media satu dengan lainnya.

PENGERTIAN MEDIA CETAK
Definisi media cetak, adalah merupakan suatu media yang statis
dan mengutamakan pesan-pesan visual, media ini terdiri dari
1. Lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau foto, dalam tata
warna dan halaman putih.
2. Fungsi utamanya memberi informasi dan menghibur. Media cetak merupakan suatu dokumen atas segala hal yang ditangkap oleh sang jurnalis dan diubah ke dalam bentuk katakata,gambar, foto, dan sebagainya.
Dalam pengertian ini, media cetak yang digunakan sebagai medium periklanan
dibatasi pada surat kabar dan majalah. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa iklan pada media cetak merupakan suatu bentuk promosi yang diungkapkan melalui gambar, bentuk, warna, dan aksara dan melibatkan teknik proses percetakan secara tenggang dan saling menunjang.

Ciri khas karakter media massa cetak adalah melibatkan suatu proses percetakan
di dalam penggandaannya.
Dalam media cetak, kita kenal bermacam-macam jenis media cetak, namun secara
garis besar sesungguhnya hanya terdiri dari dua jenis saja, yaitu surat kabar, dan majalah.

SURAT KABAR / KORAN
Surat kabar/koran di Indonesia terbit dalam berbagai bentuk yang jenisnya tergantung kepada antara lain; frekwensi terbit, bentuk (tabloid atau bukan), kelas ekonomi pembaca (misalnya kita membandingkan antara harian Kompas dengan Pos Kota),peredarannya (skala nasional atau hanya daerah), serta penekanan
isinya (ekonomi, kriminal, agama atau umum,dan sebagainya).

3. Karena begitu beragamnya surat kabar, ditinjau dari segi-segi diatas, maka di pasar
beredar banyak ragam surat kabar dengan karakteristik berbeda, terlebih ketika pemerintah melonggarkan kebijakan mengenai penerbitan surat ijin usaha penerbitan dan pers, semakin memarakkan dunia penerbitan di Indonesia. Konsekuensinya bagi disainer dan pemasang iklan adalah dapat menentukan karakter segmen khalayak dengan lebih terarah, dengan memanfaatkan jenis karakteristik surat kabarnya.

Surat kabar seringkali menjadi media utama dalam kampanye periklanan suatu
produk. Hal ini menyangkut pertimbangan:
1. Jangkauan distribusi surat kabar tidak dibatasi.
2. Jangkauan media lain, seperti radio, televisi dibatasi.
3. Harga satuan surat kabar murah dan dapat dibeli secara eceran.

MAJALAH
Karakter majalah adalah memiliki kedalaman isi yang jauh berbeda dengan surat kabar dan lebih terperinci, lebih mendetail karena tidak hanya menyajikan berita-berita saja seperti surat kabar, namun juga menyajikan cerita atas berbagai kejadian dengan tekanan pada unsur menghibur dan mendidik.
4. Majalah mempunyai usia beredar yang lebih panjang dari surat kabar. Karena
umumnya terbit mingguan, bulanan, dua kali sebulan bahkan ada yang tiga bulan sekali terbitnya.

Menurut Rhenald Khazali, surat kabar tidak dapat memasuki tempat-tempat terpencil yang mengalami masalah transportasi dan tidak mengakarnya kebiasaan membaca. Namun secara makro surat kabar dapat hadir hampir di seluruh kota besar di seluruh Indonesia, dan menemui sasaran iklan pada umumnya yakni mereka yang memiliki daya beli. Surat kabar di Indonesia dibaca lebih dari satu orang dalam waktu yang lebih lama dari masa berlakunya surat kabartersebut. Inilah perbedaan yang menonjol antara kebiasaan membaca di Indonesia dan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia. Sehingga pengaruh iklan pada media tersebut berarti sekian kali, sesuai dengan jumlah rata-rata anggota keluarga atau kelompok yang turut terekspose oleh surat kabar.

IKLAN DI MEDIA CETAK
Kalau kita lihat iklan secara garis besar, khususnya yang menggunakan media cetak
sebagai perantara/mediumnya, iklan pada media cetak adalah bentuk promosi dan penawaran yang ditayangkan pada media surat kabar dan majalah. Walaupun brosur dan buklet termasuk juga media cetak, namun dua hal terakhir ini secara pengertian umum tidak termasuk dalam kategori iklan media cetak.

DI SURAT KABAR
Karena sifat surat kabar/koran yang heterogen, maka iklan koranpun demikian pula,
artinya tidak terjadi pembedaan jenis iklan secara khusus, misalnya hanya untuk wanita atau remaja saja. Walaupun pada akhirnya khalayak akan perpilah-pilah menurut gender, usia dan lain-lain sesuai kepentingan dan kebutuhan terhadap promosi produk itu. Iklan surat kabar atau iklan koran diklasifikasikan atas iklan baris/kecik, display dan suplemen.

IKLAN BARIS
Iklan Baris adalah iklan yang pertama kali dikenal masyarakat. Umumnya hanya
terdiri dari pesan-pesan komersial yang berhubungan dengan kebutuhan pengiklan.
Sementara itu, karena perkembangan kebutuhan, maka dewasa ini majalah diklasifikasikan lagi menurut segmensegmen demografis, misalnya ada majalah untuk anak-anak, remaja, pria, remaja putri, wanita dewasa, dan majalah pria dewasa. Ataupun secara geografis, psikografis, dan dari segi kebijakan editorial. Klasifikasi dari kebijakan editorial dapat dibedakan lagi, yakni majalah berita (Tempo, Gatra), majalah umum (Intisari), wanita (Kartini, Femina, Dewi), bisnis (Swa, Warta Ekonomi), dan special interest (Asri), dll.Iklan baris pada masyarakat kita biasa disebut dengan iklan kecik, dimana biaya iklan ini dihitung dari jumlah kata per kata yang dijejerkan/dibariskan dalam format satu koloman menurun. Iklan ini biasanya mempunyai judul, dan berkelompok menurut judulnya. Misalnya, lowongan, keluarga, mobil, kost, rumah, doa novena, dan lainnya. Iklan ini biasa terbit tanpa gambar, dan kalimatnya sering disingkat-singkat. Dengan pertimbangan efisiensi
biaya yang harus dikeluarkan oleh pemasang.
Iklan baris mempunyai target audience tertentu, dan hanya prospek-prospek yang
tertarik saja, yang akan mengamati. Kaum broker atau makelar biasanya rajin mengikuti iklan ini, karena kebutuhan dan peluang yang akan diperolehnya.
Pada kondisi krismon seperti sekarang ini, dimana biaya promosi ditekan semaksimal
mungkin, para pengiklan mengalami ‘degradasi’ dalam mengiklankan produknya, khususnya berkaitan dengan konsep ‘biaya minimum dengan informasi maksimum’. Kalau dulu mereka beriklan dengan iklan display, kini beralih ke iklan kecik, karena lebih murah biayanya.

IKLAN DISPLAY
Bentuk iklannya lebih besar daripada iklan baris atau kecik, mempunyai format dan
batas yang jelas. Ukurannyapun sangat beragam, mulai 10 milimeter kolom sampai 1
halaman penuh (9 x 540 milimeter kolom).7 Iklan display ini banyak yang berwarna, dan biayanya diukur dengan menghitung luas per milimeter kolomnya dengan dikalikan sejumlah ongkos tertentu sesuai tarip iklan per milimeter kolomnya. Tarip ini berbeda-beda pada setiap surat kabar. Biasanya perbedaan tarip antar surat kabar ditentukan oleh ‘rating’ surat kabar itu menurut oplag dan skala jangkauan beredar.
Dalam kondisi tertentu, banyak media cetak yang mengenakan tarip khusus, Misalnya jikalau pemasang menghendaki halaman-halaman tertentu yang sengaja dipilihnya atau iklan dengan tata letak yang eksklusif yang ditentukan sendiri oleh pengiklan. Dengan memilih tempat pada halaman belakang atau depan saja. Contoh lain, misalnya ‘iklan kuping’. Di mana letaknya di pojok atas sebelah kanan pada halaman pertama. Atau ‘iklan pulau’, iklan yang ada persis di tengah-tengah halaman, dan artikel koran itu seolah mengelilingi iklan.Kondisi-kondisi demikian tentu konsekuensinya adalah, biaya pemasangan iklan menjadi lebih tinggi daripada model konvensional yang sudah diatur dan ditetapkan oleh media massa yang bersangkutan.

SUPLEMEN
Merupakan suatu bentuk lembaran yang berisi iklan dan dipublikasi oleh
penerbit/kelompok surat kabar. Di Indonesia, suplemen yang kita kenal adalah lembaran yang seringkali diselipkan pada surat kabar, yang berisi penawaran-penawaran akan barang atau jasa.
Materi suplemen ini biasanya sederhana, berisi pesan tunggal akan bentuk promosi,
pembukaan usaha dagang, undangan pertunjukan, dan hal-hal yang bersifat lokal di mana event itu akan diadakan. Dicetak dengan satu warna (monochroom) atau warna spot 2 jenis, misalnya biru dengan merah, atau merah dengan hitam.

WHITE SPACE DALAM MEDIA CETAK
Menurut Frank Jefkin, ada beberapa patokan dasar dalam merancang layout iklan.
Salah satunya adalah dengan ‘aturan’ the law of scale, di mana perpaduan antara warna gelap dan terang akan menghasilkan sesuatu yang kontras. Hal ini dipakai untuk memberi tekanan pada bagian-bagian tertentu dalam layout iklan.
Namun, kekontrasan yang dimunculkan berulang-ulang pada banyak bagian dari
layout, atau bahkan bila pada hampir seluruh iklan, malah akan menghasilkan kesan yang jelek, dan akhirnya malah tidak dapat menekankan sesuatu.8
Agar iklan media cetak mampu menarik perhatian khalayak, ada beberapa faktor yang harus dipenuhi. Seperti ilustrasi yang menarik, termasuk model, gaya dan adegan yang akan ditampilkan dapat berupa produk itu sendiri, product in use, atau keuntungan memakai produk tersebut. Dapat pula karena pemilihan warna, penggunaan headline yang tepat sesuai pesan yang hendak disampaikan. Contohnya, iklan Sampoerna A Mild yang memanfaatkan situasi tidak lazim yakni momentum reformasi. Ada satu hal lagi sebagai alternatif di dalam membuat layout iklan agar mampu menarik perhatian khalayak, adalah dengan menggunakan white space atau ruang kosong.
Yang dimaksud dengan white space menurut Arthur A Winter dan Stanley Goodman adalah: The space in the advertisement which is unoccupied by copy or art, gives emphasis and contrast the design.Kekontrasan pada layout yang terarah dan menimbulkan kesan kosong, sangat berguna bagi aspek-aspek yang hendak ditonjolkan pada iklan. Ruang kosong yang tidak terisi teks, ilustrasi atau elemen-elemen pendukung iklan akan membuat pembaca iklan ‘seolah bernafas
lega’ dan menambah ketertarikan terhadap segi-segi yang ditonjolkan disekitar ruang atau bagian yang kosong itu. Di sisi lain, ruang kosong akan mengangkat dominasi, dan efek kejutan sekaligus ketertarikan yang lebih pada iklan. Fungsi white space adalah sebagai pemberi tekanan pada iklan. Maka kekontrasannya akan terlihat berbeda jika dibanding iklan-iklan yang tidak menggunakan white space sama sekali.
White space dapat dibangun dengan beberapa unsur kombinasi, yang melibatkan:

1. Ilustrasi Ilustrasi yang dipakai dapat berupa fotografi, lukisan tangan (drawing) atau melalui bantuan komputer (manipulated images). Ukuran ilustrasi dalam suatu iklan harus memperhatikan luas total iklan dikurangi ruang untuk teks ataupun headline. Tidak ada standarisasi yang baku, dalam menentukan harmonis atau tidaknya, semua ini berpaling dari kepekaan rasa seni dan nilai estetika yang dilahirkan desainer. Ilustrasi dapat dibuat tunggal, ataupun sequence dengan penataan yang baik, untuk mencapai suatu white space yang mendukung, demikian pula dengan gambar model yang mengikuti ‘arah’ pembacaan iklan, dimana white space akan ‘terbentuk’ diantara ilustrasi dengan garis batas pinggir iklannya.

2. Headline
Sebagai judul teks iklan, biasanya jenis huruf yang dipakai berukuran lebih besar
daripada teksnya. Walaupun tidak menutup kemungkinan beberapa iklan memakai huruf yang sama besar, baik teks ataupun judulnya. Headline, disamping ilustrasi berfungsi sebagai penarik pandang, dan sukses dan gagalnya sebuah iklan cetak dari sisi penarik perhatian ditentukan juga oleh headline.
Headline yang baik adalah merupakan inti dari pesan yang akan disampaikan, dengan me-nawarkan keuntungan, pikiran, kata-kata, guna mencapai sasaran dan yang penting hindari headline yang bersifat negatif, yang mencela atau bersikap ragu-ragu.

3. Teks / Bodycopy
Fungsinya sebagai penjelas makna iklan. Terkadang iklan malah tidak mampu
menggapai munculnya white space dari segi ini. Apalagi jika teks yang ada berfungsi
sebagai pemberi informasi tambahan sebagai pelengkap yang memperjelas TV comm-nya, sehingga ruang kosong yang ada malah ‘habis’ untuk teks iklan.
Dalam beberapa kasus iklan, di mana iklan cetak merupakan media pendukung dari
iklan TVnya, white space muncul karena elemen-elemen pada iklan tidak banyak, hanya mempunyai satu tujuan yakni apapun pesan yang ditampilkan harus mampu menggugah ingatan pembaca yang pernah menyaksikan iklan TV-nya, sehingga proses reminding produk akan tercapai lewat iklan cetak ini.
Biasanya teksnya singkat, kecil bahkan tanpa teks sama sekali. Misalnya: iklan Jarum
Super versi "Pokoknya puas". Pada TV comm-nya digambarkan beberapa pose tangan yang cut to cut dengan musik, sound effect serta male sound yang kuat dan mengena sekali. Namun pada press ad-nya, cukup satu tangan membentuk karakter seperti ‘salam PDI Perjuangan’ dengan tulisan ‘Yang Penting Rasanya Bung’.
Dengan melihat iklan cetak berilustrasi hanya ‘satu tangan’, pemirsa akan teringat
proses rangkaian dari tangan-tangan yang nanti akan membentuk ‘salam PDI’ itu, sehingga membentuk image iklan Jarum Super. White space pada iklan Jarum Super diciptakan untuk menonjolkan bentuk karakter tangan serupa ‘salam PDI Perjuangan’. Sehingga proses ‘kerja terpadu’ antara TV comm dan press ad, telah berhasil membuat opini yang seragam dalam kerangka persepsi khalayaknya.


0 Response to " "

Posting Komentar